Minggu, 23 September 2012

Pelajaran Hidup yang Teramat Berharga ;')

Selamat pagi dunia. Selamat berhari minggu ceria :')
Sudah sekian lama nggak berseteru di area penulisan blog, kali ini saya kembali dengan segenap hal yang tidak bisa untuk dipendam, sendiri.

Hari minggu, 23 Septermber 2012, hari ke 7 ayah menginap di rumah sakit ini. Banyak kejadian yang bisa dijadikan pengalaman dari sini. Menjadi hal yang dapat diperhitungkan ke depannya lagi. Meja operasi... Ternyata lebih seram dari apa yang kubayangkan sebelumnya. Mungkin karena operasi besar yang di derita ayah dan rasa sakit yang ditahannya berhari-hari. Aku mengenal ayah sebagai pribadi yang tanguh dan kuat menahan rasa pedih, tapi ini? Oh, sepertinya rasa sakit menguasai segenap ketangguhannya.

Sempat drop dan ayah merasa ada yang menarik-narik badannya, membuat saya dan keluarga sempat shock, bingung, dan miris hati saat melihat beliau kesakitan, dan saat itu tiada tempat untuk berbagi tangis selain Allah. Saat itu, masjid adalah area dan diary yang paling leluasa untuk menumpahkan tangis tentang pelik hidup ini :'). Sendiri. Sepi. Kalut. Dan, semoga Allah masih setia untuk mengingatkan kelalaianku seperti ini.

Pada hari ketiga, salah satu hal yang membuat saya sedikit senang adalah ketika ayah mendapatkan teman sekamar yang juga menderita sakit yang sama. Bahkan lebih parah. Ya, tumor ganas. Beberapa hari dalam sebulan sekali beliau harus ke Kediri untuk melakukan kemoterapi. Katanya, di Semarang belum ada fasilitasnya. Namun ada yang membuat saya salut kepadanya, kegigihannya. Tiada keluhan, tiada kesedihan, dan tiada tangis yang beliau teteskan. Banyak tutur kata yang bisa dijadikan pelajaran kepada kehidupan saya dan keluarga. Salah satu yang membuat saya tersentuh adalah, "saya nggak pernah berusaha ngasih makan anak saya yang bergizi mas, yang penting saya ngasih makanan yang halal". Itu yang selama ini dilakukan ayah saya kepada keluarga kecil ini. Haru, ketika melihat ayah saya terbaring lemah dengan wajah sangat pucat melihat kanan kiri dengan tatapan mata coklatnya yang teramat kosoong.

"Mas, sekarang mas fokus saja semangatin bapak"
Ya, itu perkataan bapak sekamar yang sampai saat ini saya belum mengetahui siapa namanya. Semangat? Ya, walaupun saya sendiri terkadang kehilangan semangat untuk hidup. Namun bapak itu dengan gigih terus memberi pengertian kepada saya, tentang bagaimana kondisi seorang ayah yang membutuhkan anak dan istrinya untuk tetap di sampingnya. "Beruntung bapak sampean punya anak yang mau berkorban untuk ayahnya", ya, berkorban waktu :') mungkin hanya itu yang mampu saya berikan kepada ayah selain doa dan semangat yang saya paksakan.

Hal terbesar yang mampu saya ambil dari sini adalah betapa cara Tuhan mengingatkan bagaimana agar hambanya kembali mengingatnya dengan tertatih. Betapa cara Tuhan memberi meringatan hanya dengan sentilan lirihnya, dan kini biarkan Tuhan bekerja dengan apapun caranya dan kami menunggu hasil lab tentang tumor yang diderita Ayah. Dari ayah, tak gentar jika harus menghadapi tumor ganas untuk kemoterapi dalam waktu 6x. Setidaknya, hal ini untuk pendewasaan diri kami semua yang sempat lupa akan Tuhannya :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar