Selasa, 23 Oktober 2012

Apalah Arti Sebuah Emot

Tulisan ini saya buat saat mengilhami nasihat dari salah seorang kakak kelas terbaik saya saat SMA, Dara Sumareni.

Halao universe. Selamat berjumpa kembali bersama penulis amatir paling kece badai di bumi Kediri, buahaha. Yak, kali ini temanya ga jauh-jauh banget dari tema yang dulu-dulu. Salam kaluters!

Siapa yang lagi ngrasain indahnya ngePHP? Percaya atau tidak, sesungguhnya PHP adalah perbuatan keji yang bisa secara tidak sengaja dilakukan oleh sesorang lho. Tapi bukan itu masalahnya. Yang menjadi problematika manusia era sekarang justru terletak di bagaimana seseorang mengartikan simbol dalam setiap hubungan. Nahlo. Sedikit-sedikit sebagai mahasiswa komunikasi paham juga lah yaa gimana itu hubungan.

Percaya atau tidak, sms, bbm, whats app, twitter, facebook(agak jarang sih), ini bisa jadi unsur pendukung terjadinya kesalahan persepsi tersebut. Dan terimakasih untuk nama yang telah saya sebutkan di atas, Dara Sumareni, yang memberikan saya wejangan tentang mengilhami simbol yang dilontarkan dalam media-media tersebut. Jadi, walopun tulisan ini terkesan sedikit curhat narsis, tapi kalo kaluters semuanya juga ngerasain, pasti miris haha.

Latar belakangnya apa? Ya itu. Karena sekarang titikdua bintang tidak hanya ditujukan pada dia yang menjadi kekasih hati yang terikat dalam ikatan yang hampir suci yang dinamakan pacaran. Tapi sekarang, kayaknya wabah titikdua bintang itu menjadi lebih pasaran dan dengan mudahnya membahana melanglangbuana ke hape kalian. Apalagi kalo datengnya dari seseorang yang kalian tuing-tuingin. Siapa yang enggak seneng? Jangan senyum-senyum yaa kaluters yang ngerasain haha.

Ngga banyak orang serius dengan ahti saat melempar titikdua bintang ini. Bisa jadi itu cuma ungkapan kangen semata buat kamu yang ngga ditemuinya di setiap hari kamis jumat sabtu dan minggu *eh. Kedua, bisa jadi dia memberikan salam penghormatan buat kamu yang udah berhasil ngebantuin doi dalam suatu masalah. Kenapa harus titikdua bintang? Di sinilah peran budaya bermain di dalamnya.

Globalisasi menuntut seseorang berekspresi lebih tentang apa yang dirasakannya, termasuk titikdua bintang tersebut. Mau dibilang salah ya enggak juga sih, cuman sejatinya rada berlebihan aja kalau doi ngelempar emot kayak begituan ke orang yang seharusnya ngga nerima emot begituan. Solusinya kalo udah terlanjur? Ya lanjutin aja. Siapa tau kalian cocok! #yanginimodusbanget. haha. Kedua, dari segi penerima. Kalo titikdua bintang merupakan penebaran ekspresi dari pemberinya, seharusnya saya, eh salah, seharusnya kaluters bisa lah ngikutin permainan dia yang juga terkena dampak globalisasi tersebut. Mainkan ekspresimu di situ. Ngga jaman cuma duduk buat nangis manja kayak begituan cing, mendingan go ahead dan tatap manusia yang kamu yakini bisa mendampingimu lebih baik. Kalau memang menurutmu doi yang menebar emot biadab itu yang terbaik buat kamu, datangi, dan habiskan! tegas, lugas, dan cinta kalian tak akan kandas. weseeeet.

Kaluters percayalah, saat titikdua bintang terlempar, di situ ada secuil harapan dan jalan kecil yang mampu untuk dimanfaatkan.Gunakan kesempatan itu, berjalanlah walau habis terang, eh salah. Berjalanlah walau status itu belum digemborkan. Percayalah akan kekuatan waktu.


Kaluters, sekian dulu cuap-cuap mangap dari penulis amatir paling kece badai di bumi Kediri. Sesungguhnya, menasehati itu lebih gampang daripada melakukannya sendiri #inikode. Sekian dan salam kaluters!

3 komentar:

  1. :) setuju banget ma ni entri.. :)

    :D ngga jamannya lagi gulung-gulung liat emot kaya gitu

    BalasHapus
  2. huaha makasih komennya ya semuanya. semoga ga ada lagi yang terperangkap sama emot-emot yang tidak dibuang pada tempatnya tersebut huehe

    BalasHapus