terbangun di senyapnya pagi, dan kulihat sekali lagi. yogyakarta, ya. aku di sini, masih seolah di sampingmu lagi.
hinggap secuil kisah tentang masa lalu yang hampa, tentang kisah yang hentinya terpaksa, tentang agama, duka, dan kemudian hampa. lalu aku terdiam kembali, masih di tempat yang sama kita tertampar keadaan. malioboro yang indah, dalam hati yang harus menggundah.
seperti bangunan resah di masa lalu, yogyakarta masih sebuntu kemarin malam, sebuntu aku yang meminjam pundak seseorang untuk menceritakanmu, merindukanmu. lalu tumbuh rasa sesaat tentang itu, bukan cuma kamu. bahkan hingga kalbu yang menyerang serpihan masa lalu.
lalu terdiam di pucuk jalan, seperti kita yang terhenti dalam peraduan, namun yogyakarta masih indah, sesingkat apa waktuku, yogyakarta tetap pemberi jalan merindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar